HIV / AIDS
(Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immuno Deficiency Syndrome)
Virus
merupakan organisme yang kecil, bahkan lebih kecil daripada bakteri yang bisa
menyebabkan TBC atau Kolera. Virus dapat menyebabkan berbagai macam penyakit,
contoh kecilnya polio, campak, gondok, dan flu. Dan virus-virus ini dapat
menyebar melalui batuk, bersin, ataupun sentuhan.
HIV
(Human Immunodeficiency Virus)
merupakan virus yang berbeda dengan virus-virus lainnya. HIV tidak menyebar
hanya dengan bersin, batuk ataupun sentuhan, dan sampai saat ini belum
ditemukan adanya obat yang dapat menghilangkan virus ini dalam tubuh seorang
penderita AIDS (Acquired Immuno
Deficiency Syndrome).
Meski
virus ini telah ditemukan sejak lama, tetapi masih banyak orang yang tidak
mengetahui bagaimana penularan virus ini terjadi, tanda-tanda yang ditimbulkan
apabila terkena virus ini, maupun cara pencegahannya sehingga setiap tahunnya
penderita HIV/AIDS atau ODHA (Orang
Dengan HIV/AIDS) semakin meningkat.
HIV (Human
Immunodeficiency Virus)
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah nama
virus yang menyerang sel darah putih (sel
CD4) di dalam tubuh (limfosit)
yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia. HIV juga termasuk golongan
retrovirus karena hanya menyebar
dalam cairan tubuh, seperti darah, cairan mani, cairan vagina, dan air susu
ibu.
HIV
ini menyerang sel CD4 dan kemudian
menjadikannya sebagai tempat berkembangbiak, sehingga jumlah virus akan terus
bertambah dan sistem kekebalan tubuh semakin menurun.
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome)
AIDS
atau Acquired Immuno Deficiency Syndrome
merupakan dampak dari perkembangbiakkan HIV dalam tubuh, yakni rusaknya
jaringan sel darah putih (sel CD4)
sehingga berbagai jenis penyakit dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh. Dan
karena sistem kekebalan tubuh menjadi sangat lemah, penyakit yang semula
penyakit ringan dan tidak berbahaya akan menjadi sangat berbahaya.
Sejarah dan Perkembangan HIV/AIDS
Mengenai
sejarah awal HIV/AIDS, sebenarnya belum diketahui dengan jelas dari mana dan
kapan penyakit ini muncul. Ada yang mengatakan bahwa penyakit ini muncul dari
sekelompok homoseksual (gay) yang kemudian terus menyebar ke
kelompok biseksual dan heteroseksual.
HIV
ini ditemukan oleh Dr. Luc Montaigner
dan rekan-rekannya dari Institute Pasteur
Prancis. Mereka berhasil mengisolasi virus penyebab AIDS ini dengan
mengisolasi virus dari kelenjar getah bening dalam tubuh ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) yang membengkak.
Kemudian pada bulan Juli 1994 Dr. Robert
Gallo dari Lembaga Kanker National
di Amerika Serikat menyatakan bahwa ia menemukan virus baru dari seorang
penderita AIDS yang diberi nama HTLV-III. Kemudian ilmuwan lainnya, J. Levy juga menemukan virus penyebab
AIDS yang ia namakan AIDS Related Virus
(ARV). Dan pada akhir Mei 1986, Komisi Taksonomi Internasional sepakat
menyebut nama virus AIDS ini dengan HIV (Human
Immunodeficiency Virus).
Diperkirakan
pada akhir tahun 1970-an penyakit ini sudah berkembang dan meluas di daerah
Afrika, dan kasus HIV/AIDS pertama kali terjadi di Los Angeles pada tanggal 5
Juni 1981. Sedangkan secara resmi kasus AIDS di Indonesia pertama kali terjadi
di Bali pada tahun 1987 pada seorang turis asing.
Penularan HIV/AIDS
Penyebaran
HIV ini berbeda dengan penyebaran virus pada umumnya, yakni virus hanya
menyebar dalam aliran darah, cairan sperma, cairan vagina, dan air susu ibu.
Begitu pula dengan cara penularannya yang hanya melalui hubungan seksual,
transfusi darah, penggunaan jarum suntik, dan ibu hamil terhadap anak yang
dikandungnya. Selain itu, kegiatan seperti berpelukan, berjabat tangan,
batuk/bersin, pemakaian alat makan yang sama, gigitan nyamuk, ataupun berenang
di kolam renang yang sama dengan penderita tidak akan menularkan HIV.
1.
Penularan melalui hubungan seksual
Penularan
ini terjadi akibat hubungan seksual dengan orang yang terkena HIV ini terjadi
karena adanya kontak cairan sperma dengan cairan vagina atau cairan sperma
dengan darah (apabila melalui anus) ketika hubungan seksual berlangsung, sehingga
memungkinkan bagi virus untuk menyebar luas.
2.
Penularan melalui transfusi darah
Penularan
ini terjadi akibat transfusi darah, karena darah yang didonorkan telah terkena
HIV. Namun pada kasus penularan melalui transfusi darah kemungkinan
penularannya sangat kecil bahkan tergolong tidak beresiko, karena umumnya
Palang Merah Indonesia (PMI), pihak Rumah Sakit, ataupun fasilitas kesehatan
lainnya selalu melakukan pengecekan dan skrining HIV pada cairan darah sebelum
ditransfusikan ke orang lain.
3.
Penularan melalui jarum suntik
Penularan
ini terjadi akibat penggunaan jarum suntik secara bergantian dengan salah
seorang diantaranya terinfeksi HIV, sehingga virus akan dengan cepat menyebar
melalui aliran darah. Begitu pula dengan penggunaan tindik, tato, pisau cukur,
dan alat lainnya (yang tidak steril/telah tercemar oleh HIV) yang dapat
menimbulkan luka pada tubuh sehingga terjadi kontak langsung dengan darah, maka
kemungkinan besar orang tersebut akan tertular HIV.
4.
Penularan ibu hamil kepada anak yang
dikandungnya
Penularan
ini terjadi dari seorang ibu hamil yang merupakan HIV positif secara tidak
langsung menularkan HIV kepada anaknya. Dan pada kenyataannya sekitar 90% dari
semua bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu penderita HIV positif tertular HIV
dari ibunya.
Ada berbagai cara penularan HIV dari seorang
ibu hamil kepada anaknya, diantaranya :
-
Antenatal
yaitu melalui plasenta, saat bayi masih berada di dalam rahim.
-
Intranatal
yaitu saat proses persalinan, bayi terpapar darah ibu atau cairan vagina.
-
Postnatal
yaitu melalui air susu ibu, setelah proses persalinan.
Tahapan Perubahan HIV/AIDS
Sebenarnya
tidak ada tanda-tanda khusus yang menunjukkan seseorang telah terinfeksi HIV,
karena keberadaan virus itu sendiri membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk
mencapai masa yang disebut full-blown
AIDS, yakni 5-10 tahun. Adanya HIV di dalam darah bisa terjadi tanpa
seseorang menunjukkan gejala penyakit tertentu dan ini disebut masa terinfeksi
HIV atau HIV positif.
Apabila
seseorang terinfeksi HIV untuk pertama kali dan kemudian memerikasakan diri
dengan menjalani tes darah, maka dalam tes pertama tersebut belum tentu dapat
terdeteksi adanya HIV di dalam darah. Hal ini disebabkan karena tubuh
membutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk membentuk antibodi yang nantinya
akan dideteksi melalui tes darah tersebut. Masa ini dikenal sebagai window
period (periode jendela).
Dalam
masa ini, bila orang tersebut ternyata sudah mempunyai HIV di dalam tubuhnya
(walaupun belum dapat dideteksi melalui tes darah), ia sudah dapat menularkan
HIV kepada orang lain melalui cara penularan pada pembahasan sebelumnya.
Secara
umum, tanda-tanda utama yang terlihat pada seseorang yang sudah pada tahapan
AIDS adalah :
-
Berat badan menurun lebih dari 10% dalam
waktu singkat (kurang lebih enam bulan).
-
Demam tinggi berkepanjangan (lebih dari satu
bulan)
-
Diare berkepanjangan (lebih dari satu bulan)
Menyikapi Permasalahan HIV/AIDS dalam
Masyarakat
Masyarakat
tabu pada umumnya hanya tahu bahwa AIDS merupakan penyakit yang dapat menular,
mereka tidak tahu bagaimana penyakit itu menularkan HIV ke orang lain. Dan
karena mereka menganggap demikian, maka ketika ditemukan seorang yang terkena
HIV di daerahnya, mereka bersegera menjauhi orang tersebut dan meminta ODHA
agar dikarantina agar HIV tidak menyebar luas.
Anggapan
mereka yang seperti inilah yang salah, mendiskriminasikan ODHA karena kurangnya
pengetahuan dan informasi mengenai HIV/AIDS, ataupun karena terlalu takut
dengan penyakit ini.
Berbagai
penyuluhan maupun pelatihan mengenai HIV/AIDS kepada masyarakat luas semarak
dilakukan di berbagai tempat. Hal ini sangat penting, berkenaan dengan hubungan
antara ODHA dengan masyarakat sekitarnya. Dengan penyuluhan mengenai HIV/AIDS,
masyarakat diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada ODHA, dengan tidak
melakukan diskriminasi dan memberikan dukungan agar tetap bertahan hidup dan
menjalani hidup layaknya manusia biasa.
Sedangkan
bagi ODHA, diharapkan agar lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, menjaga
kesehatan, menjauhi perilaku yang dapat menularkan HIV, mengikuti organisasi
masyarakat, juga tetap melakukan terapi HIV/AIDS.
Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat diambil dari pembahasan materi mengenai HIV/AIDS diatas adalah bahwa
HIV/AIDS merupakan jenis penyakit yang hanya menular apabila penderita
melakukan hubungan seksual dengan orang lain, menggunakan jarum suntik secara
bergantian atau terjadi kontak secara langsung antara benda yang telah tercemar
HIV dengan darah, dan ibu hamil terhadap anak yang dikandungnya.
Meski
belum ditemukan obat untuk menghilangkan HIV dalam tubuh, namun ada beberapa
obat-obatan dan terapi yang dapat dijalani para penderita HIV/AIDS untuk
menahan dan menghambat pertumbuhan virus dalam tubuh.
Selain
upaya pengobatan, lingkungan masyarakatlah yang memberikan pengaruh yang sangat
besar kepada ODHA. Sikap masyarakat yang memberikan dukungan dan tetap
berinteraksi dengan ODHA memberikan dampak positif kepada ODHA itu sendiri,
semangat hidupnya kembali, menjadi orang yang lebih baik, akan selalu ikut
berpartisipasi pada kegiatan kemasyarakatan, dan sebagainya.
Sumber :
· Buku
Panduan Badan Keluarga Berencana Dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Sumedang
Tahun 2012, "Materi Kesehatan Reproduksi Remaja",
(Sumedang : BKBPP Sumedang, 2012), BAB HIV/AIDS ;
· http://makalahmu.blogspot.com/2012_05_01_archive.html , BAB I Pendahuluan .
No comments:
Post a Comment